Tantrum atau temper tantrum adalah suatu hal yang normal dialami anak-anak, yang biasanya terjadi ketika seorang anak memiliki ledakan kemarahan dan frustasi yang tidak direncanakan. Tantrum digambarkan sebagai perilaku tidak menyenangkan baik fisik maupun verbal, yang dilakukan ketika mereka menginginkan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Temper tantrum biasanya terlihat di usia anak 1-4 tahun, di mana mereka masih kesulitan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan kata-kata yang bisa dimengerti orang tua. Ledakan amarah ini biasanya berlangsung sekitar 2-15 menit, yang lebih banyak dipicu oleh rasa mengantuk, lapar, atau kelelahan pada anak. Sehingga untuk mencegahnya, orang tua harus lebih memperhatikan pola tidur dan pola makan anak, memastikan anak tetap kenyang dan cukup istirahat terutama saat bepergian keluar rumah.
Sayangnya, tidak semua orang tua memahami tantrum anak dan tahu cara menanganinya dengan benar. Kurangnya pemahaman ini terkadang menyebabkan tantrum pada anak justru berkembang semakin parah. Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang seringkali dilakukan orang tua saat menghadapi tantrum anak.
1. Menanggapi Tangisan Anak
Kesalahan terbesar orang tua saat menghadapi tantrum anak adalah menanggapi ledakan amarahnya, baik dengan kalimat positif maupun memarahinya.
Contoh kalimat positif yang sebaiknya tidak diucapkan kepada anak yang tantrum, misalnya:
Baiklah, kita akan pergi lagi besok
Kuenya habis, ibu belikan es krim saja ya
Contoh kalimat negatif yang bermaksud memarahi dan menghentikan amukannya, misalnya:
Berhentilah menangis, kamu terlihat seperti bayi saja!
Berhenti menangis atau ibu cubit!
Jangan menangis di sini, bikin malu saja
Sedangkan kunci utama menghadapi tantrum anak adalah mengabaikan dan memberikannya ruang untuk meluapkan amukan. Mengabaikan di sini bukan berarti meninggalkan anak atau tidak mengurusnya sama sekali, ya. Melainkan memberikan ruang sambil mengamati dari jarak dekat untuk menghindarkan anak dari amukan fisik yang dapat menyakiti dirinya.
2. Menghibur Anak ketika Mereka Tantrum
Karena tantrum adalah luapan emosi, maka saat anak ingin menangis biarkan ia menangis dan meluapkan air matanya. Cara ini efektif untuk membantu anak mengenali emosi dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sesuai. Tidak perlu menghiburnya saat itu juga, tetapi tetap berada di sampingnya dan berikan ruang.
3. Memberikan Apa yang Diminta Anak saat Tantrum
Karena sedang berada di tempat umum dan Anda merasa malu, kemudian Anda tak tahan untuk tidak menuruti apa yang dimintanya. Tangisan dan ledakan amarah anak mungkin berhenti saat itu juga, namun percayalah bahwa ledakan amarahnya justru akan menjadi lebih besar dan sulit ditangani di lain waktu.
Selain itu, anak menganggap bahwa dengan mengamuk dan menangis, ia sudah bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Tentu saja pola ini akan terulang saat anak menginginkan sesuatu. Alhasil, Anda akan semakin kesulitan, bukan?
4. Memperingatkan Anak Berulang Kali
Mengancam anak untuk membuatnya berhenti menangis atau berteriak tidak akan membantunya. Justru hal ini akan menyebabkan anak kesulitan mengekspresikan perasaan dengan tepat dan semakin merasa kebingungan. Apabila memang saat itu anak mengganggu orang lain, bawa anak ke tempat yang lebih tenang dan biarkan ia meluapkan emosinya di sana. Tidak akan butuh waktu lama kok, dalam beberapa menit energinya akan habis dan anak akan berhenti dengan sendirinya.
5. Menyuap Anak dengan Barang Lain
Karena putus asa mendengarkan teriakan atau tangisan, terkadang orang tua akan menyuap dengan barang lain seperti mainan atau makanan. Sama halnya dengan menuruti keinginan anak, hal ini akan mendorong anak untuk tantrum lebih parah di kemudian hari.
Jangan khawatir, karena tantrum pada anak akan mereda dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia dan anak yang mulai bersekolah. Ketika anak sudah bisa mengungkapkan keinginan dengan kata-kata yang dimengerti orang tua, tantrum tidak akan terjadi lagi. Namun bila tantrum berlangsung lebih lama, terjadi beberapa kali dalam sehari, atau tidak membaik saat usia anak di atas 5 tahun, maka sebaiknya berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina